Konsep dan Pengertian
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup .
Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan
yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk
merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Konsep Kemiskinan
Konsep kemiskinan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. David Harry Penny
(1990:140) mendefinisikan kemiskinan absolut dalam kaitannya dengan suatu
sumber-sumber materi, yang dibawahnya tidak ada kemungkinan kehidupan berlanjut;
dengan kata lain hal ini adalah tingkat kelaparan. Sedangkan kemiskinan relatif
adalah perhitungan kemiskinan yang didasarkan pada proporsi distribusi
pendapatan dalam suatu negara. World Bank (BPS dalam Haryati, 2003:95) menyusun
ukuran kemiskinan relatif yang sekaligus digunakan untuk mengukur tingkat
pemerataan, yaitu dengan membagi penduduk menjadi tiga kelompok: (1) kelompok
40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan menengah dan 20%
penduduk berpendapatan tinggi.
Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas
kemiskinan
adalah tingkat minimumpendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh
standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi
atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisikemiskinan)
lebih tinggi di negara majudaripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki
rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan
pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan
dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.
Penyebab Kemiskinan di Indonesia serta
Dampak yang ditimbulkan
Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana
seseorang kekurangan hal yang biasa dimiliki, dan hal yang biasa dimiliki bisa
dalam beberapa aspek. Di Indonesia ini masalah kemiskinan tidak ada habisnya,
bahkan angka kemiskinan terus meningkat tiap tahunnya.
hal ini bisa terjadi karena beberapa
faktor yang terjadi. seperti :
1. Korupsi, hal ini “menyumbangkan”
banyak sekali warga miskin di Indonesia, karena bantuan yang harusnya untuk
membantu masyarakat miskin malah di ambil orang yang tidak bertanggung jawab.
2.
SDA,
ini yang menyebabkan kemiskinan susah sekali berkurang. Bisa diketahui banyak
SDA di Indonesia memiliki kualitas yang kurang, sehingga para SDA tidak
mempunyai keahlian yang bias di gunakan untuk mendapatkan penghasilan.
3.
Masih
ada orang yang berpikir bahwa anak merupakan tabungan masa depan,
dan orang yang berpikiran seperti itu memiliki banyak anak. Namun hal tersebut
malahan menjadi beban ekonomi yang berat karena harus menghidupi banyak anggota
keluarga.
4.
Tingginya
angka kriminalitas, banyak para kriminal yang telah di tangkap dan
di penjara. Dan banyak pula dari para kriminal tersebut yang merupakan kepala
rumah tangga.
Ada sebab ada akibat, begitu pula
pada kemiskinan. Banyak akibat yang ditimbulkan oleh kemiskinan, seperti :
1. Kriminalitas, semakin banyak orang
miskin maka semakin banyak pula kemiskinan yang terjadi. Masuk akal bila
seorang kepala rumah tangga menghalakan segala cara untuk menghidupi
keluarganya yang kelaparan.
2. Urbanisasi, Orang berpikir bahwa
tinggal di kota besar akan mendatangkan penghasilan besar. Tapi semakin banyak
orang yang datang ke kota besar maka lapangan pekerjaan yang tersedia juga akan
semakin sedikit. Dan hal ini malahan akan memperparah tingkat pengagguran.
3. Bunuh diri, banyak orang yang
putus asa karena tidak sanggup menghadapi kemiskinan, sehingga mengambil jalan
pintas.
4. kebodohan, semakin banyak rakyat
miskin maka semakin banyak juga orang yang tidak bisa mendapatkan pendidikan.
Pertumbuhan Kesenjangan dan Kemiskinan
Pertumbuhan Kesenjangan
Merupakan hubungan antara pertumbuhan
dan kesenjangan.
Hubungan antara tingkat kesenjangan
pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan Kuznet
Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan ekonomi (berasal dari
tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu masyarakat agraris pada
tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan
rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali
menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan pada riset dengan
menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan Negara Inggris,
Jerman, dan Amerika Serikat.
Pemikiran tentang mekanisme yang
terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer yang berasal dari sektor
tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat kesenjangan pendapatannya
rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas tinggi (dan tingkat kesenjangan
menengah). Dengan adanya kesenjangan antar sektor maka secara subtansial dapat
menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja yang bekerja pada masing-masing
sektor (Ferreira, 1999, 4).
Versi dinamis dari Kuznet Hypothesis,
menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun
(dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat kesenjangan pendapatan dengan
memperhatikan initial level of income (Deininger & Squire, 1996). Periode
pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering berasosiasi dengan kenaikan
kesenjangan pendapatan yang menurun.
Indikator
Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat
kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua
kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering
digunakan dalam literatur adalah dari
kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the Generalized Entropy(GE),ukuranAtkinson,dan
Koefisien Gini.
Yang paling sering dipakai adalah koefisien
gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0-1. Bila 0 : kemerataan
sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama daripendapatan)
Bila 1 : ketidak merataan yang
sempurna dalam pembagian pendapatan.
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari Kurva Lorenz.
Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva
lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketida kmerataan
distribusi pendapatan.
• Ketimpangan dikatakan sangat
tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar antara 0,71-1,0.
• Ketimpangan dikatakan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,5-0,7.
• Ketimpangan dikatakan sedang dengan
nilai koefisien gini antara 0,36-0,49.
•
Ketimpangan dikatakan rendah dengan nilai koefisien gini antara
0,2-0,35.
• Selain alat ukur diatas, cara
pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh
Bank Dunia adalah dengan cara jumlah
penduduk dikelompokkan menjadi tiga
group :
• 40%pendudukdenganpendapatanrendah,
• 40%pendudukdenganpendapatanmenengah,
• 20%penduduk dengan pendapatan tinggi
dari jumlah penduduk.
Selanjutnya, ketidak merataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk
dengan pendapatan rendah.
Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidak merataan
dalam distribusi yaitu :
ü
Pendapatan
dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah
menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah pendapatan.
ü
Tingkat
ketidak merataan sedang, apabila
kelompok tersebut menerima 12% sampai17%darijumlahpendapatan.
ü
Sedangkan ketidak merataan rendah, apabila
kelompok tersebut menerima lebih besardari17%darijumlahpendapatan.
Indicator
Kemiskinan
Indikator utama kemiskinan menurut
BAPPENAS dapat dilihat dari;
(1) kurangnya pangan, sandang dan
perumahan yang tidak layak;
(2) terbatasnya kepemilikan tanah dan
alat-alat produktif;
(3) kuranya kemampuan membaca dan
menulis;
(4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan
hidup
(5) kerentanan dan keterpurukan dalam
bidang sosial dan ekonomi;
(6) ketakberdayaan atau daya tawar
yang rendah;
(7) akses terhadap ilmu pengetahuan
yang terbatas.
Menurut Bank Dunia indikator
kemiskinan yaitu:
• kepemilikan tanah dan modal yang
terbatas
• terbatasnya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, pembangunan yang biaskota
• perbedaan kesempatan di antara anggota
masyarakat
• perbedaan sumber daya manusia dan sektor
ekonomi
• rendahnya produktivitas
•
budaya hidup yang jelek
• tata pemerintahan yang buruk
• dan pengelolaan sumber daya alam yang
berlebihan
Dalam
kehidupan masyarakat yang tergolong klarifikasi penduduk miskin
berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut Badan Pusat
Statistik :
• Penduduk dikatakan sangat miskin apabila
kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 900/kalori/orang/hari
ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000/orang/hari.
• Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan
memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara 1900/2100 kalori/orang/hari
ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000-Rp.
150.000/orang/bulan.
• Penduduk dikatakan mendekati miskin
apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000
kalori/orang/hari dan kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 150.000-Rp.
175.000/orang/bulan.
Kebijakan Anti Kemiskinan
Ada tiga pilar utama strategi
pengurangan kemiskinan, yakni sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan yang prokemiskinan.
2. Pemerintahan yang baik (good governance)
3. Pembangunan sosial
Untuk mendukung strategi tersebut
diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau
tujuan antaranya. Sasaran atau tujuan tersebut dapat dibagi menurut waktu,
yakni jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Intervensi jangka
pendek adalah terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi pedesaan. Hal
ini sangat penting melihat kenyataan bahwa di satu pihak hingga saat ini
sebagian besar wilayah indonesia masih daerah pedesaan dan sebagian besar
penduduk indonesia bertempat tinggal dan bekerja di pedesaan. Demikian juga
sebagian besar penduduk bekerja atau mempunyai sumber pendapatan di sektor pertanian.
Di pihak lain, sumber utama kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan berasal
dari pedesaan. Seperti yang dijelaskan dalam teori A.Lewis, pada awalnya
penduduk di pedesaan lebih padat dari pada di perkotaan, yang membuat tingkat
kemiskinan di pedesaan lenih tinggi dari pada perkotaan. Akibat ketimpang ini
terjadilah migrasi dan urbanisasi, yang sebenarnya adalah perpindahan sebagian
dari kemiskinan di pedesaan ke perkotaan.
Intervensi lainnya adalah manajemen
lingkungan dan sumber daya alam (SDA). Hal ini sangat penting karena hancurnya
lingkungan dan “habisnya” SDA akan dengan sendirinya menjadi faktor pengerem
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga sumber
peningkatan kemiskinan. Pembangunan transpotasi, komunikasi, energi dan
keuangan, peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya (stakeholders’
participation) dalam proses pembangunan, dan proteksi sosial (termasuk
pembangunan sistem jaminan sosial) juga merupakan intervensi jangka pendek yang
sangat pendek.
Sedangkan intervensi jangka menengah
dan panjang yang penting adalah sebagai berikut .
1. Pembangunan Sektor Swasta
Peranan aktif sektor ini sebagai
motor utama penggerak ekonomi/sumber pertumbuhan dan penentu daya saing
perekonomian nasional harus ditingkatkan.
2. Kerjasama Regional
Hal ini menjadi sangat penting
dalam kasus indonesia sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Kerja sama
yang baik dalam segala hal, baik di bidang ekonomi, industri, dan perdagangan,
maupun nonekonomi (seperti pembangunan sosial), bisa memperkeci kemungkinan
meningkatnya gap antara provinsi-provinsi yang kaya dan provinsi-provinsi yang
tidak punya (miskin) SDA.
3. Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN)
dan Administrasi
Perbaikan manajemen pengeluaran
pemerintah untuk kebutuhan publik, termasuk juga sistem administrasinya, sangat
membantu usaha untuk meningkatkan cost effectiveness dari pengeluaran
pemerintah untuk membiayai penyediaan/pembangunan/penyempurnaan fasilitas-fasilitas
umum, seperti pendidikan, kesehatan, olah raga, dan lain-lain
4. Desentralisasi
Tidak hanya desentralisasi fiskal,
tetapi juga dalam penentuan strategi/kebijakam pembangunan ekonomi dan sosial
daerah sangat membantu usaha pengurangan kemiskinan di dalam negeri.
Desentralisasi seperti itu memberi suatu kesempatan besar bagi masyarakat
daerah untuk aktif berperan dan dapat menentukan sendiri strategi atau pola
pembagunan ekonomi dan sosial di daerah sesuai faktor-faktor keunggulan komparatif
dan kompetitif yang dimiliki masing-masing daerah.
5. Pendidikan dan Kesehatan
Tidak diragukan lagi, pendidikan
dan kesehatan yang baik bagi semua anggota masyarakat di suat negara merupakan
prakondisi bagi keberhasilan dari anti-poverty policy dari pemerintah negara
tersebut. Oleh karena itu, penyediaan pendidikan (terutama dasar) dan pelayanan
kesehatan adalah tanggung jawab mutlak dari pemerintah di mana pun, baik di DCs
maupun LDCs. Pihak swasta bisa membantu dalam penyediaan tersebut, tetapi tidak
mengambilalih peranan pemerintah tersebut.
6. Penyediaan Air Bersih dan Pembangunan
Perkotaan
Sama seperti penyediaan pendidikan
dasar dan kesehatan, penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan, terutama
pembangunan fasilitas-fasilitas umum/utama, seperti pemukiman/perumahan bagi
kelompok masyarakat miskin, fasilitas sanitasi dan transportasi, sekolah,
kompleks olah raga, dan infrastruktur fisik (seperti jalan raya, waduk,
listrik, dan sebagainya), merupakan intervensi yang efektif untuk mengurangi
tingkat kemiskinan, terutama di perkotaan.
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Setiap permasalahan timbul pasti
karna ada faktor yang mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah
permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh negara
indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut
Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1).
Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan
dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki
seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia
kerja.
2).
Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif
atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan
tidak bergairah untuk bekerja.
3).
Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda
kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi
kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4).
Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan
membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus
mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut
sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan
keterampilan.
5).
Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak
mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan
keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh
penghasilan.
6).
Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota
keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan
menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin
meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah
indonesia saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya.
dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan
kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto
(2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal
tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan
Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di
tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an
kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional
melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar
wilayah.
berdasarkan data Bank Dunia jumlah
penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20% tetapi telah
mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa.
Hal ini diakibatkan oleh
ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga karena infrastruktur
yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki
kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas
dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah
fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan hampir
seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan kemiskinan. Yang
menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa masalah kemiskinan seakan tak
pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan yang lebih
besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak
tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai
kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke
pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan
perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus perpindahan dari desa ke kota
dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih parah, kemiskinan
menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi
keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak orang melakukan prilaku
menyimpang, harga diri diperjual belikan hanya untuk mendapatkan makan. Si
Miskin rela mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi
mereka yang memiliki uang dan memegang kendali atas sektor perekonomian lokal
dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para
buruh bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit.
Bahkan yang lebih parah, kemiskinan telah membuat masyarakat kita terjebak
dalam budaya memalas, budaya mengemis, dan menggantungkan harapannya dari budi
baik pemerintah melalui pemberian bantuan. kemiskinan juga dapat meningkatkan
angka kriminalitas, kenapa penulis mengatakan bahwa kemiskinan dapat
meningkatkan angka kriminalitas, jawabannya adalah karna mereka (simiskin) akan
rela melakukan apa saja untuk dapat mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri,
membunuh, mencopet, bahkan jika ada hal yang lebih keji dari itu ia akan tega
dan berani melakukannya demi hidupnya. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus
kita salahkan. kemiskinan seakan menjadi sebuah fenomena atau sebuah persoalan
yang tak ada habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani
persoalan kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan mencuri
ketimbang memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan
dan membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.
Kemiskinan di Indonesia
Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah
indonesia saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya.
dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto
(2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal
tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan
Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di
tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an
kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional
melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar
wilayah.
berdasarkan data Bank Dunia jumlah
penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20% tetapi telah
mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa.
Hal ini diakibatkan oleh
ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga karena infrastruktur
yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki
kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas
dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah
fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan hampir
seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan kemiskinan. Yang
menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa masalah kemiskinan seakan tak
pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan yang lebih
besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak
tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai
kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke
pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan
perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus perpindahan dari desa ke kota
dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih parah, kemiskinan
menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara
terbatas. Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja
demi keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak orang melakukan prilaku
menyimpang, harga diri diperjual belikan hanya untuk mendapatkan makan. Si
Miskin rela mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi
mereka yang memiliki uang dan memegang kendali atas sektor perekonomian lokal
dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para
buruh bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit.
Bahkan yang lebih parah, kemiskinan telah membuat masyarakat kita terjebak
dalam budaya memalas, budaya mengemis, dan menggantungkan harapannya dari budi
baik pemerintah melalui pemberian bantuan. kemiskinan juga dapat meningkatkan
angka kriminalitas, kenapa penulis mengatakan bahwa kemiskinan dapat
meningkatkan angka kriminalitas, jawabannya adalah karna mereka (simiskin) akan
rela melakukan apa saja untuk dapat mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri,
membunuh, mencopet, bahkan jika ada hal yang lebih keji dari itu ia akan tega
dan berani melakukannya demi hidupnya. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus
kita salahkan. kemiskinan seakan menjadi sebuah fenomena atau sebuah persoalan
yang tak ada habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani
persoalan kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan mencuri ketimbang
memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan dan
membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.
sumber :
http://sivamardiyahsari.blogspot.com/2015/04/konsep-dan-pengertian-kemiskinan.html
http://sivamardiyahsari.blogspot.com/2015/04/konsep-dan-pengertian-kemiskinan.html
0 comments:
Post a Comment